Jumat, 21 April 2017

Hubungan antara Model Briggs dan RPP Fisika


Hubungan antara Model Briggs dan RPP Fisika

Model yang dimaksud oleh penulis di sini adalah model sistem instruksional. Adapun menurut Winataputra & Ardiwinata (1997), model sistem instruksional merupakan bingkai konseptual yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upaya penataan pembelajaran secara menyeluruh. Bingkai konseptual tersebut berasal dari hubungan antar-komponen dalam sistem instruksional (Winataputra & Ardiwinata, 1997). Setidaknya ada empat komponen pokok dalam sistem instruksional, yaitu tujuan, pengalaman belajar, pengorganisasian dalam belajar, dan evaluasi (Winataputra, & Ardiwinata, 1997).

Model Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem (Firdaus, 2014). Model Briggs diupayakan dalam bentuk rancangan model sistem instruksional sedemikian rupa oleh perancangnya maupun oleh tim pengembangnya (Firdaus, 2014).

Ada beberapa kegunaan model Briggs (Firdaus, 2014). Pertama, sebagaimana telah disebutkan di atas    dapat diketahui bahwa model Briggs dapat digunakan untuk pengembangan program-program akademis secara umum. Kedua, model Briggs dapat diadopsi untuk pengembangan program-program jabatan. Ketiga, model Briggs dapat digunakan sebagai metodologi pemecahan masalah belajar.

Model Briggs ini memakai prinsip keselarasan antara ketiga hal, yaitu a) tujuan yang akan dicapai, b) strategi untuk mencapainya, dan c) evaluasi keberhasilannya (Firdaus, 2014). 

Ada sepuluh langkah pengembangan model Briggs dalam Firdaus (2014), yaitu
  1. "Identifikasi kebutuhan. Identifikasi kebutuhan ini dimaksudkan untuk menentukan tujuan. Langkah ini dibagi oleh Briggs ke dalam empat tahapan kegiatan, yaitu a) mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas; b) menentukan prioritas tujuan; c) mengidentifikasi kebutuhan kurikulum; dan d) menentukan prioritas remedialnya.
  2. Penyusunan garis besar kurikulum atau rincian tujuan kebutuhan instruksional yang telah dituangkan dalam tujuan-tujuan kurikulum tersebut. Pengujiannya harus dirinci, disusun, dan diorganisasikan menjadi tujuan-tujuan yang lebih spesifik.
  3. Perumusan tujuan.
  4. Analisis tugas/tujuan. Dalam langkah ini perlu diadakan analisis terhadap tiga hal, yaitu a) proses informasi: untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis; b) klasifikasi belajar: untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan; dan c) tugas belajar: untuk menentukan persyaratan belajar dan kegiatan belajar mengajar yang sesuai.
  5. Penyiapan evaluasi hasil belajar.
  6. Penentuan jenjang belajar.
  7. Penentuan kegiatan belajar. Penentuan strategi pembelajaran ditinjau dari dua segi, yaitu a) dari segi guru sebagai perancang kegiatan pembelajaran dan b) dari segi tim pengembangan pembelajaran.
  8. Pemantauan bersama.
  9. Evaluasi formatif.
  10. Evaluasi sumatif."

Salah satu cara untuk menyelesaikan pengajaran secara operasional/nyata dalam Winataputra & Ardiwinata (1997) disebutkan bahwa guru dituntut untuk mengembangkan lebih lanjut satuan atau unit pengajaran terkecil (mikro) yang disebut Satuan Pelajaran (SP) atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). "SP dibuat, dilaksanakan, dinilai, dan diperbaiki oleh guru." (Winataputra & Ardiwinata, 1997, hlm. 76).

(Hubungan antara model Briggs dan RPP Fisika masih belum disempurnakan pengembangannya oleh penulis.)

Daftar pustaka

Firdaus, T. (2014). Pengembangan Desain Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://oasipendidikan.blogspot.co.id/2014/08/pengembangan-desain-pembelajaran.html. Diakses tanggal 22 Maret 2017.
Winataputra, U. S. & Ardiwinata, R. (1997). Materi Pokok Perencanaan Pengajaran PPG12171/2 sks modul 1-6. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar